Friday 16 December 2011

TRAGEDI TSUNAMI ACEH, BENCANA ATAU REKAYASA ?

TRAGEDI TSUNAMI ACEH, BENCANA ATAU REKAYASA ?


Tragedi tsunami aceh telah 5 tahun berlalu, bencana alam terbesar ini telah menewaskan ratusan ribu jiwa, jutaan rumah rata dengan tanah, bumi Aceh seperti ladang yang hanya berisi sampah reruntuhan dan mayat yang berserakan. Gulungan ombak itu seolah melenyapkan kehidupan di sana. Seluruh dunia turut berduka dalam tragedi tersebut.

Sebagian besar orang menganggap musibah ini adalah bencana alam. Sebabnya adalah lempeng bumi di belahan Sumatra mengalami pergeseran dan menimbulkan patahan sehingga terjadilah gelombang tsunami yang diawali dengan gempa bumi yang berkekuatan 6,87 skala richter menurut catatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Berbeda dengan catatan yang diberikan oleh NOAA Amerika yang mencatat bahwa kekuatan gempa mula-mula sebesar 8.0 SR kemudian dirubah menjadi 8.5 SR lalu 8.9 SR sampai akhirnya NOAA menetapkan bahwa kekuatan gempa yang menimpa Aceh saat terjadinya tsunami adalah sebesar 9.0 SR.

Perbedaan mengenai kekuatan gempa ini bagi sebagian kecil orang menjadi sebuah kecurigaan. Mereka menganggap ada skenario dibalik tsunami yang melanda Serambi Mekah tersebut. Seorang dosen Fakultas Tekhnik Unisba, M.Dzikron A.M termasuk ke dalam sebagian kecil orang yang mencurigai musibah yang melanda Aceh. Tak lain musibah itu adalah skenario dari negara adidaya, Amerika Serikat.

ardyutomo25.blogspot.com

Selain adanya perbedaan mengenai catatan kekuatan gempa, faktor lain yang menguatkan bahwa tsunami Aceh merupakan tsunami buatan adalah perbedaan mengenai letak epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi). Australia merekam magnitudo dan posisi epicentrum sesuai dengan yang ditentukan oleh kantor Geofisika Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada skala Richter menimpa utara pulau Sumatra. Titik gempa berada di 155 mil selatan-tenggara provinsi Aceh. Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi yang ditentukan oleh NOAA Amerika, yang menyatakan bahwa epicentrum berada di barat daya Aceh.

Selain itu Indonesia dan India juga merasakan keanehan akan tidak adanya gempa ‘peringatan’ pada seismograf mereka. Hal ini berarti bahwa gelombang kejut normal yang selalu mendahului gempa tidak ada. NOAA menyatakan menerima ‘peringatan’ mengenai adanya gempa susulan, tetapi sama sekali tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan proses yang terjadi mendadak.

Maka ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa akan mulai bergetar, dan mengirimkan peringatan adanya gempa kepada semua seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika gelombang yang diterima oleh seismograf adalah gelombang P, maka yang dihadapi adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut. Nyatanya gelombang inilah yang diterima oleh Indonesia dan India. Gelombang ini secara mengejutkan sangat mirip dengan gelombang yang dihasilkan beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar di bawah tanah di Nevada.

Menyadari keanehan yang terjadi, pada tanggal 27 Desember India menolak untuk bergabung dalam rencana ekslusif Bush yang akan menarik semua kekuatan Nuklir Asia dari koalisi baru dengan Rusia, Cina, dan Brazil.

Selain itu juga keanehan yang dapat kita saksikan secara langsung dengan mata kepala adalah mayat-mayat korban tsunami tersebut mati dengan keadaan yang gosong. Mungkinkah gelombang air laut dapat membuat tubuh manusia menjadi gosong, rasanya sungguh tak masuk akal.

Satu hal yang sangat penting untuk kita ketahui bahwa sesungguhnya gelombang tsunami hanya merupakan gelombang pelabuhan sesuai dengan namanya yang berasal dari Jepang yaitu Tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang. Jadi sedahsyat-dahsyatnya gelombang tsunami hanya akan melanda daerah sekitar pelabuhan. Tidak mungkin gelombang tersebut sampai masuk ke daerah perkotaan seperti yang terjadi di Aceh.

Tentunya kita bertanya dengan alat secanggih apa yang bisa membuat bencana sedahsyat tsunami yang melanda Serambi Mekah kita tersebut. Hanya ada satu jawaban yang mungkin, yaitu dengan menggunakan bom nuklir. Bom yang pernah meluluhlantakkan Hirosima dan Nagasaki. Termonuklir itu tak lain adalah nuklir yang dapat mengakibatkan ledakan dan menimbulkan gelombang yang maha dahsyat di Aceh. Dapat dipastikan bahwa dalang dari semua ini adalah negara adidaya, Amerika Serikat.

3 bulan pasca tsunami Aceh dikepung oleh kapal induk milik Amerika dengan tujuan agar para peneliti tidak mendekati Aceh dan mereka bisa membersihkan puing-puing sisa bom nuklir tersebut. Akan tetapi 2 bulan pasca tsunami yang melanda Aceh ditemukan sampah nukir berserakan di Somalia, seperti yang diungkapkan oleh UNEP.

Tapi VOA Amerika mengklaim bahwa itu adalah sampah nuklir dari Eropa. Padahal pada tahun 1972 PBB telah mengeluarkan peraturan untuk tidak membuang sampah nuklir ke laut.

Dzikron mengungkapkan pendapatnya mengenai adanya tsunami buatan ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang menjadi faktor utamanya adalah berkaitan dengan motif ekonomi. Aceh merupakan daerah yang menyimpan kandungan gas yang sangat banyak. Terbukti setelah tsunami perusahaan gas yang terdapat di Aceh dikuasai oleh Amerika. Selain kaya akan kandungan gas, Aceh juga menyimpan cadangan emas. Kawasan ini memang terkenal sangat kaya dengan sumber kekayaan alam. AS, melalui ExxonMobil, tentunya ingin mempertahankan dan memperluas kekuasaannya.Salah satu jalan yang ditempuh dengan melenyapkan warga Aceh, yang selama ini dianggap mengancam keberadaan perusahaan minyak itu. Aceh terus mengajukan tuntutan agar diberi hak yang lebih besar terkait kekayaan alamnya.Tujuan lainnya, AS ingin mendapatkan ladang minyak baru dengan memunculkan “gempa buatan”.

Demikian kompleksnya tanda-tanda yang muncul sehingga kita sulit untuk membedakan tsunami yang terjadi di Aceh adalah tsunami yang disebabkan oleha alam ataukah sebuah bencana yan memang diciptakan oleh tangan-tangan yang mempunyai kepentingan khusus. Tapi mari kita sejenak mengingat janji Allah dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41, bahwa Allah telah berfirman “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah mengehendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Sudah sangat jelas bahwa semua kerusakan yang terjadi di alam ini adalah ulah-ulah tangan manusia yang tidak mensyukuri rahmat Sang Pencipta. Allah telah mengatur sedemikian rupa perputaran bumi dan segala apa yang yang ada di dalamnya. Tak ada satu orang pun yang bisa mengubah kehendak Sang Penguasa. Dari mulai angin yang bergerak menuju langit yang kemudian menjadi awan dan awan berubah menjadi hujan, sungguh semua telah diatur dalam Alquran. Allah tidak akan mengingkari janjinya. Dengan begitu jelas semua kerusakan alam ini karena manusia sendiri dan kemungkinan besar bencana tsunami juga adalah rekayasa tangan manusia.

Banyak orang tak percaya tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan Sumatra Utara itu akibat rekayasa negara adidaya. Mereka tidak percaya Amerika Serikat mampu merekayasa bencana alam sedahsyat itu. Ada juga yang skeptis penggunaan energi nuklir pasti menimbulkan efek lain, yaitu radiasi yang membawa banyak efek negatif bagi lingkungan maupun manusia di lokasi bencana. Siapa yang kenal nuklir dan efeknya sebelum hiroshima dan nagasaki? Maka teori tsunami akibat nuklir pun dapat disikapi secara sama. Secara teoritis, Warhead Thermonuklir W-53 Amerika dengan kekuatan 9 megaton (hiroshima & nagasaki 1000 ton) dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasa yang digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total berikut wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeborang minyak lepas pantai.

Di Asia terdapat lebih dari 300 anjungan. Siapa yang tahu jika salah satu dari anjungan itu dipilih menjadi tempat titik episentrum gempa? Kedua, yang lebih masuk akal, senjata yang digunakan bukan nuklir melinkan senjata SCALAR. Teknologi senjata baru ini memang berpotensi memanipulasi fenomena alam untuk menghancurkan musuh. Dari gempa bumi hingga angin topan dapat ditimbulkan dengan tembakan gelombang elektromagnetik berkekuatan sangat tinggi. Lebih logis jika senjata SCALAR yang digunakan untuk menimbulkan gempa besar yang memicu tsunami Asia. Orang yang mencermati rentetan bencana alam di Asia dan Indonesia akan menjumpai pola yang unik. Mengapa gempa yang menjadi lokasi gempa beberapa daerah yang secara sosial politik bergejolak? Perlu diingat, didaerah tersebut pasti ada perusahaan besar milik Amerika Serikat yang mengeksploitasi kekayaan alam. Nabire terletak di papua, daerah yang menjadi basis gerakan separatis OPM sekaligus daerah operasi Freeport. Aceh jelas basis gerakan separatis GAM dan daerah operasi Mobil Oil dan Caltex.

Menggunakan operasi pisau analisis teori konspirasi, tidak ada peristiwa yang terjadi kebetulan.  Mengapa “kebetulan” kapal induk USS Abraham Lincoln berada di perairan Hongkong dan segera saja menuju Aceh? Mengapa “kebetulan” pula pelabuhan milik Mobil Oil di Arun bisa dilabuhi kapal induk?
Terlampau banyak ”kebetulan” yang muncul dalam rangkaian bencana alam di Indonesia.

Tapi yang jelas,skenario menggunakan senjata yang mampu melakukan modifikasi lingkungan dan manipulasi fenomena alam, memang sangat canggih. Dengan menggunakan SCALAR, taktik “lempar batu sembunyi tangan” dapat diubah lebih efektif menjadi “lempar batu, datang dan jadi tuan”.

Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla (bagi yang pernah maen game C&C Red Alert 2 pasti tidak asing dengan nama “Tesla”). Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR.

Dalam bukunya “The Latest Weapon of War” (2000), Dr Rosalie Bertell, menyatakan bumi bisa digunakan sebagai alat baru untuk memenangkan “peperangan”. Bumi bisa digoncangkan dengan alat berteknologi tinggi. Secara tegas Bertell berkata, dalam persenjataan tentara AS senjata terkininya adalah bumi dan cuaca. “keduanya akan menjadi senjata pemusnah terburuk menjelang 2025” katanya. Senjata elektromagnetik bisa memunculkan ledakan yang seperti halnya gempa bumi. Tentu saja kekuatan ini jauh melebihi kedashyatan senjata nuklir yang dikenal sebagai senjata pemusnahan massal.

Menurut Bertell, As sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri Paman Sam pernah menggunakan gelombang elektromagnetik dan bahan kimia untuk melubangi ozon atmosfir di ruang udara beberapa negara asia. Ketika itu AS menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik. Tak heran jika antara periode 1980 hingga 1990, dilangit Amerika utara sering muncul cahaya berpendar.

Uji coba itu menyebabkan gangguan luar biasa pada cuaca di seluruh dunia. “antara 1960-an hingga 1990-an, kadar bencana alam yang besar meningkat 10 kali lipat,” Kata Bertell. Fenomena El Nino antara 1997 hingga 1998 yang disebut-sebut banyak ahli sebagai penyebab kekacauan cuaca diseluruh dunia, sejatinya, didahului gangguan besar dan ketidakstabilan iklim di satu tahun sebelumnya. Pada 1996, terjadi banjir besar di Asia Selatan, Nepal, India dan Bangladesh. Demikian juga di Cina. Bencana terbesar terjadi di Kanada. Negara itu dihajar badai Tornado dan banjir.

Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis persenjataan global. Bahkan secara terang-terangan Chossudovsky menuduh Pentagon sudah lama berkecimpung dalam memanipulasi cuaca. April 1997, menurut Menhan William Cohen, As terpaksa menghadapi serangan senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa. “ Washington kini menerapkan orde baru persenjataanya yang mempunyai kemampuan untuk merubah cuaca.” Kata Chossudovsky. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa presiden George Bush tidak mau menandatangani protokol Kyoto. Sebuah perjanjian antar bangsa mengenai kaidah pencegahan pemanasan global dan pemulihan alam.

Salah seorang pakar dari Phillips Geophysis yang bekerja dalam proyek HAARP (High Altitude Atmospheric Research Project) juga pernah mengungkapkan adanya riset yang diarahkan untuk menciptakan perangkat-perangkat pemicu bencana alam.  Untuk mendukung kemampuan SCALAR-nya, AS menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi sangat rendah (Extremely Low Frequency atau ELF ) yang mampu menembus lapisan tanah dan lautan hingga ratusan kilometer di dalam perut bumi. Melalui modifikasi khusus, Gelombang itu mampu menggerakan lempeng tektonik bumi. Menurut Dr Rosalie Bertell, seorang pengamat persenjataan non konvesional, gempa bumi yang ditimbulkan oleh ELF akan terkait dengan ionosfir (atmosfir yang berjarak 80-600 km dari permukaan bumi). Tak heran jika gempa bumi Tang Shan di China pada 28 Juli 1976, terjadi setelah muncul kilatan cahaya di langit China. Fenomena itu muncul akibat gelombang ELF, yang telah ditembakkan Amerika Serikat, telah memanaskan ionosfir.

Munculnya kilatan cahaya juga terjadi pada gempa Aceh, Nias, Jogja, dan Pangandaran. Hal yang sama juga muncul pada 17 Oktober 1989, ketika gempa besar melanda San Francisco. Demikian juga gempa di California tanggal 12 September 1989. Harian Washington Times pada Maret 1992 meliris berita mengenai tertangkapnya gelombang radio misterius oleh sejumlah satelit dan radar menjelang terjadi gempa besar di beberapa negara antara tahun 1986-1989. Gempa-gempa itu terjadi di California, Amerika, dan Jepang.Gempa bumi yang menggoyang Los Angeles pada 17 Januari 1994 juga didahului dengan gelombang radio dan dua letusan hipersonik.

Menyikapi fenomena kilatan cahaya yang selalu mendahului terjadinya gempa, pada tahun 1997 Pentagon mengeluarkan sinyalemen, telah terjadi ancaman bagi keamanan dunia menggunakan senjata pemanipulasi cuaca, pencetus gempa bumi dan peletusan gunung api dari jarak jauh dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Sebelumnya, pada pertengahan Juli 1996, sejumlah negara diguncang gempa. Yakni wilayah pegunungan Alpens Prancis, Austria, selatan Italia, timur laut India, Jepang, Indonesia, semenanjung Kamchatka dan selatan Mexico. Bahkan di New Zealand sebuah gunung berapi meletus.

Menurut sebuah sumber, AS pernah menghantam Korea Utara dan Kuba dengan senjata pengacau cuaca. Tujuannya, kemusnahan ekonomi, ekosistem serta pertanian. Upaya ini berhasil. Korea Utara dan Kuba pernah mengalami krisis akibat kacaunya cuaca.

Bagaimana yang terjadi terhadap Indonesia? Situs Conspiracy News, menurunkan satu liris yang mengejutkan terkait bencana Aceh. Di situs itu disebutkan, bencana Aceh terjadi setelah sembilan hari George Bush mengeluarkan instruksi AS harus menguasai seluruh lautan dunia, untuk tujuan keselamatan dan pembangunan Aceh. Sebuah fakta disodorkan. Sebelum gempa menggoyang Aceh, Australia dan pangkalan AS di Diego Garcia sudah mendapat informasi soal akan terjadinya gempa dan tsunami. walhasil, ketika tsunami menyapu, pangkalan militer tempat bersandarnya super tanker KC-135 itu sama sekali tidak terusik. Padahal jelas-jelas pangkalan yang dihuni dua ribu lebih personil militer itu berada di Samudera Hindia. Diego Garcia (pulau yang disewa AS dari pemerintah Inggris) yang jaraknya tidak jauh dari pusat gempa bumi dilaporkan hanya mengalami gelombang ombak setinggi 6 kaki.

Berkaitan dengan perbuatan Amerika tersebut Allah juga telah berkata dalam Alquran bahwa “Dan apabila dikatakan kepada mereka,”janganlah berbuat kerusakan di bumi!” mereka menjawab, “sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari”. (QS Al-Baqarah 11-12).

Bila kita melihat lebih jauh bahwa daerah yang menjadi sasaran tsunami 26 Desember lalu, adalah daerah yang mayoritas muslim. Memang telah tertulis di dalam Alquran bahwa Islam adalah musuh terbesar kaum Yahudi, ini juga tertuang dalam QS Al-Baqarah: 217, “mereka bertanya kepadamu (Muhammad)tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “berperang dalam bulan haram itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) masjidil haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar dosanya dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu,jika mereka sanggup. Barang siapa murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

Maka tak salah jika orang-orang Yahudi mencoba dengan segala cara untuk menjatuhkan muslim dan menghancurkan kaum muslim. Oleh karena itu AS berusaha keras untuk memusnahkan muslim dengan berbagai cara. Orang-orang Yahudi berada di balik kekuatan AS. Seperti yang terlansir dalam media massa Israel.

Dunia tidak akan mengetahui Perdana Menteri Israel Ehud Olmert membanggakan diri telah membuat Presiden Amerika George W. Bush seperti anak kecil dengan memerintahkannya membatalkan rencana dukungan Amerika atas Resolusi PBB yang memerintahkan penghentian serangan Israel atas Gaza, jika saja media-media massa Israel tidak memberitakannya. Dunia juga tidak akan pernah mengetahui Perdana Menteri Israel Ariel Sharon mengatakan: “Kita, orang Yahudi menguasai Amerika. Orang-orang Amerika tahu itu!”, jika saja media massa Israel tidak memberitakannya.

Media massa itu mencoba membongkar kebusukan dari orang-orang Yahudi sendiri, salah satunya dengan karikatur kartun. Kartun tersebut terdiri dari 12 gambar sekuel yang menceritakan tentang tiga orang Yahudi yang tengah berlibur di sebuah pulau terpencil. Ketiga orang Yahudi tersebut masing-masing adalah seorang rabbi alias pemuka agama Yahudi, seorang pemuka masyarakat dan seorang pengusaha. Si pengusaha digambarkan terus bercumbu dengan seorang wanita penghibur sambil berbincang-bincang dengan teman-temannya. Berikut gambar kartun tersebut dan penjelasan mengenai gambarnya.

sumber : http://27victory.wordpress.com/2009/04/20/tsunami-bencana-atau-rekayasa/



Terimakasih telah membaca artikel TRAGEDI TSUNAMI ACEH, BENCANA ATAU REKAYASA ? ini, Sobat boleh menyebarkan-nya jika artikel TRAGEDI TSUNAMI ACEH, BENCANA ATAU REKAYASA ? ini bermanfaat, namun jangan lupa meletakkan link sumber artikel TRAGEDI TSUNAMI ACEH, BENCANA ATAU REKAYASA ?. Terima kasih telah berkunjung

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2011 the colours of life is proudly powered by blogger.com | Design by BLog Bamz Published by Template Blogger