Thursday 15 November 2012

Jelajah Pulau Sumatera Dengan Daihatsu Terios #MobilSahabatPetualang



Jelajah Pulau Sumatera Dengan Daihatsu Terios #MobilSahabatPetualang



Petualangan tim Terios 7-Wonders dimulai pada tanggal 10 Oktober 2012 dengan menggunakan 2 unit Daihatsu Terios TX-AT dan 1 unit Terios MT. Tim petualang yang terdiri dari 10 orang akan mengeksplorasi keindahan alam Pulau Sumatera selama 14 hari dengan rentang perjalanan sejauh 3.300 km. Di hari pertama ini, tim akan menempuh jarak hingga 567 km dari Jakarta menuju Liwa, Lampung Barat. Sebelumnya, tim petualang menyebrang kapal feri menuju Pelabuhan Bakauhuni.

Kawasan Liwa merupakan wilayah pegunungan sehingga jalanan berliku, tikungan pendek dan tanjakan terjal menjadi tantangan pertama tim petualang. Liwa merupakan jalur strategis yang menghubungkan tiga wilayah provinsi yaitu, Provinsi Lampung, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan. Liwa merupakan daerah penghasil kopi luwak yang sudah terkenal hingga mancanegara. Biji kopi yang dimakan ini selanjutnya terfermentasi dan keluar jadi kotoran berwujud biji kopi. Kotoran ini dikumpulkan dan dipisahkan agar tak lagi berbentuk gumpalan. Setelah itu baru dijemur hingga kering. Barulah biji kopi yang sudah bersih dan kering dibawa ke pabrik pengolahan kopi. Inilah alasannya mengapa Kopi Luwak mahal sekali. Selain karena proses pembuatannya lumayan ribet, hanya kopi terbaik saja yang dimakan Luwak.

Tim petualang berkesempatan untuk mengamati proses pengolahan kopi. Pertama biji kopi digrading dulu jadi 3 bagian sesuai ukuran. Makin besar biji kopi itu berarti makin baik kualitasnya. Kemudian biji kopi yang sudah terpisah sesuai kualitasnya dimasukkan ke mesin oven (sangrai) dan dicampur dengan potongan-potongan kecil pinang atau ginseng. Tentu saja serpihan kecil ini sudah dipilih dan melalui proses pengeringan. Sama dengan biji kopi yang akan disangrai. Komposisi antara berapa banyak serpihan ginseng atau pinang kering dengan biji kopi yang disangrai sudah melalui beberapa kali ujicoba sehingga mendapatkan rasa yang pas. Campuran biji kopi dan serpihan ginseng atau pinang di sangrai selama 1 – 2 jam dalam suhu 190 derajat celcius. Lamanya proses sangrai akan mempengaruhi warna kopi. Makin lama disangrai serbuk kopi makin berwarna kehitaman. Setelah disangrai, biji kopi diangin-anginkan sembari menghilangkan lapisan kulit arinya dalam sebuah wadah besar yang sudah dilubangi. Sambil diaduk-aduk lapisan kulit ari akan turun ke bawah. Setelah bersih biji kopi ini langsung digiling. Serbuk kopi yang sudah jadi siap dikemas untuk dinikmati. Cara menyajikan kopi yang paling pas adalah memastikan air yang akan dicampur dengan kopi benar-benar mendidih. Setelah dituang di cangkir dan diaduk, diaduk kemudian biarkan dulu beberapa saat supaya butiran-butiran kasar kopi yang mengapung turun ke dasar cangkir


Target pemberhentian selanjutnya adalah Danau Ranau yang terletak 25 km dari kota Liwa. Danau Ranau adalah danau terbesar kedua di pulau Sumatera. Disebut Ranau, karena di tepian danau ini banyak ditumbuhi semak belukar yang oleh masyarakat sekitar disebut ranau. Disni, tim beristirahat karena keesokan harinya perjalanan panjang menuju Kota Lahat (309,4 km) telah menunggu mereka.

Kota Lahat adalah kota tertua di Sumatera. Usia kota Lahat saat ini sudah mencapai 130 tahun. Di kota lahat, tim petualang disambut dengan hangat oleh Bupati Lahat Bapak H Saifudin Aswari Riva'i SE. Beliau berharap perjalanan 7Wonders Terios – Sumatera Coffee Paradise bisa menggairahkan kembali para petani kopi di Lahat untuk mengolah kebun kopi yang lama ditinggalkan karena permainan harga oleh tengkulak.

Untuk mengatasi handycap ini, shifter matik Terios pun berpindah-pindah. Ketika tanjakan lumayan terjal agar akselerasi tetap terjaga posisi shifter bergeser ke L. Begitu sudah agak landai bergeser lagi ke 2 , D-3 dan juga D. Walaupun penuh dengan penumpang dan barang bawaan, ternyata ketiga terios yang terdiri dari 2 tipe matik dan 1 manual berhasil mengatasi tantangan jalanan ini. Asyik!

Letak Pagaralam yang berada kurang lebih 1.000 m dpl di atas permukaan laut membuat udara lumayan sejuk. Di kanan kiri jalan selain teh dan kopi juga ada persawahan yang lumayan luas. Selain surganya kopi dan teh, karena kesuburan tanahnya Pagaralam memang sebagai salah satu lumbung padi di Sumatera Selatan.

Ternyata sistem pengolahannya mirip dengan sentra kopi di Liwa dan Lahat nyaris sama saja. Perbedaannya adalah cara me-roaster biji kopi. Walaupun di Pagaralam – drum untuk me-roaster biji kopi sama dengan yang di Lahat tetapi untuk memutarnya sudah menggunakan mesin. Sementara untuk proses penggilingannya sama yaitu memakai 2 mesin. Pertama biji kopi dihaluskan jadi butiran kasar. Kemudian dipindah ke mesin satunya untuk dibuat makin lembut.

di pinggir Sungai, tim 7Wonders langsung mengarahkan tujuan menuju Kabupaten Empat Lawang (Tebing Tinggi). Daerah hasil pemekaran Kabupaten Lahat ini memiliki ikon Biji Kopi. “Kopi adalah salah satu komoditas andalan kabupaten Empat Lawang.

Kopi di Empat Lawang ini merupakan hasil percampuran Arabica dan Robusta. Wujud aslinya Robusta tapi aromanya Arabica. Kabupaten yang satu-satunya memakai biji kopi sebagai maskot daerahnya ini memang mempunyai kebun tanaman kopi yang lumayan produktif.


Ada yang hal unik yang kami temui selain biji kopi dijadikan maskot, ternyata seragam batik yang dipakai seluruh pegawai di pemerintahan setiap Kamis juga memakai motif biji kopi. “Kami juga sedang berusaha mewujudkan showroom khusus perkopian. Kopi yang dalam bahasa daerah Palembang disebut Kawo ini benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin.


Tim Penggerak PKK yang dipimpin istri bupati juga serius membantu pemanfaatan kopi semaksimal mungkin. Salah satunya adalah membina perajin souvenir khas Empat Lawang dengan memakai bahan dari kayu kopi hasil peremajaan. “Daripada kayu kopi yang sudah tua dan tidak produktif dibuang dan hanya dijadikan kayu bakar maka di tangan seorang perajin seni menjadi punya nilai ekonomi tinggi,” bilang Rudianto.


Malah tak hanya batang kayunya saja yang dijadikan benda seni, daun kopi pun bisa dijadikan kerajinan unik seperti misalnya tempat tissue dan sebagainya. Tak tanggung-tanggung beberapa masyarakat yang memang menekuni dunia kerajinan dikirim ke Jogja untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana meningkatkan nilai tambah perkopian


Petualangan seru bersama 3 Daihatsu Terios kembali dilakukan. Dari Desa Talang Padang rombongan bergerak menuju ke Curup – salah satu sentra penghasil kopi di daerah Bengkulu melalui Kepahiang. Jalanan berkelok-kelok naik dan turun membuat kami seolah sedang menari bersama Terios. Jalanannya relatif sepi namun sempit. Pemandangan alamnya sungguh menyejukkan mata.


Selain kopi, tumbuhan yang paling sering ditemukan di kanan-kiri jalan adalah pohon durian. Jangan kaget jika harga durian ketika musimnya tiba satu butir paling banter hanya Rp 3.000. Namun kalau stok berkurang bisa mencapai 25 ribuan tergantung model.


Di bengkulu, tim petualang 7wonders mengunjungi acara CSR berupa penyerahan bantuan untuk Posyandu dan juga UKM.

Mesin berkapasitas 1.500 cc yang membekali Terios ternyata masih cukup andal. Pun demikian dengan suspensinya. Beberapa kali Terios kejeblos di lubang jalan, namun tak ada masalah berarti. Akselerasi di tanjakan maupun ketika menyalip kendaraan di depannya baik yang memakai girboks matik maupun manual tetap terasa bertenaga.

Lima Posyandu yang menerima bantuan adalah Anak Bangsa, Mekar Sari, Damai, Flamboyan dan Candra. Sedangkan UMKM yang mendapat bantuan adalah Tiara, Ikan Pais “Ibu Jumi”, Jepara Maju, Keripik Ikan EZ dan Kopi Bubuk Mandela

Sahabat Petualang - Etape dari Bengkulu menuju Bukittinggi melalui Muko-Muko Padang sudah kami prediksi bakal menguji fisik dan stamina. 617 Km adalah 18 jam. terios tetap oke. rute pantai barat Sumatera hal yang harus diperhatikan adalah minimnya jumlah POM Bensin. Sehingga rasanya perlu membawa jerigen cadangan bensin minimal 10 liter

Kota Bukittinggi yang juga disebut kota Seribu Ngarai memang punya keindahan alam yang memesona. Kami sempat berfoto di Ngarai Maninjau. Setelah itu perjalanan segera kami lanjutkan. Tujuan kami adalah melihat pengolahan dan perkebunan kopi rakyat di Mandailing (Mandheling) Natal. Sahabat kami Lelo Andhika Syahna sudah menunggu di daerah Pasaman bersama Daihatsu Taft pikapnya.

Begitu sampai di Pasaman Lelo segera menyambut tim 7Wonders dan langsung mengajak untuk bergerak menuju Desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud. “Di sana masih banyak kebun kopinya Bang. Umur kebun kopinya juga sudah puluhan tahun,” celotehnya. Jika menilik sejarah kopi Arabica pertama kali masuk Indonesia pada 1699 oleh Belanda dan ditanam di daerah Mandheling Natal.

Kota Bukittinggi yang juga disebut kota Seribu Ngarai memang punya keindahan alam yang memesona. Kami sempat berfoto di Ngarai Maninjau. Setelah itu perjalanan segera kami lanjutkan. Tujuan kami adalah melihat pengolahan dan perkebunan kopi rakyat di Mandailing (Mandheling) Natal. Sahabat kami Lelo Andhika Syahna sudah menunggu di daerah Pasaman bersama Daihatsu Taft pikapnya.


Begitu sampai di Pasaman Lelo segera menyambut tim 7Wonders dan langsung mengajak untuk bergerak menuju Desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud. “Di sana masih banyak kebun kopinya Bang. Umur kebun kopinya juga sudah puluhan tahun,” celotehnya. Jika menilik sejarah kopi Arabica pertama kali masuk Indonesia pada 1699 oleh Belanda dan ditanam di daerah Mandheling Natal

Kota Bukittinggi yang juga disebut kota Seribu Ngarai memang punya keindahan alam yang memesona. Kami sempat berfoto di Ngarai Maninjau. Setelah itu perjalanan segera kami lanjutkan. Tujuan kami adalah melihat pengolahan dan perkebunan kopi rakyat di Mandailing (Mandheling) Natal. Sahabat kami Lelo Andhika Syahna sudah menunggu di daerah Pasaman bersama Daihatsu Taft pikapnya.

Dalam sejarah perkopian Indonesia desa yang jadi pusat kopi Arabica pertama kali di tanam adalah Desa Pakantan – Mandheling Natal. Nama Desa Simpang Banyak Jae Ulu Pulud memang tidak disebutkan. Tapi bisa jadi ini juga salah satu pusatnya. Mengingat masih dalam satu wilayah dan juga berada di ketinggian 1.200 m dpl.

Selain rute Bengkulu – Bukittinggi, rute Mandailing Natal - Medan juga bakal menguras seluruh energi tim 7Wonders. Dengan istirahat yang minim sementara jarak tempuhnya lumayan jauh sekitar 764 km serta kondisi jalanan yang tak bisa diprediksikan butuh konsentrasi dalam mengendalikan Terios. dilanda hujan.

Jalanan sepanjang Mandailing Natal – Tarutung kondisinya tak stabil. Sebagian mulus sebagian lagi rusak parah karena perbaikan jalan yang belum juga selesai. Bekas jembatan yang putus karena banjir bandang sudah diperbaiki.


Kerusakan jalan ini membuat perjalanan agak terhambat. Jalanan tanah berbatu lagi-lagi menguji ketangguhan suspensi Terios. Jujur saja kami terkejut dengan ketangguhan suspensi Terios. Kota Medan pukul 22.00 WIB.

di Medan kami juga melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini disinergikan dengan program CSR PT. Astra Daihatsu Motor (ADM).

kepada 2 Posyandu dan 5 UMKM dilakukan di dealer Daihatsu, Jalan Sisingamangaraja No. 170, Medan. Kedua Posyandu Binaan yaitu Posyandu Kenanga 1 dan Mawar XII. Sedangkan UMKM yang mendapat bantuan adalah Wolken (pembuat bantal+guling), Keripik Pisang Bu Nur, Keripik Cap Merak, Berkat Rahmat dan juga Sirup Markisa Brastagi Bee. Total bantuan program ini nilainya mencapai lebih dari Rp 200 juta
di medan tim petualang juga melakukan pengecekan kendaraan karena perjalanan ke aceh juga akan berat

Rokky Irvayandi dari PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Head Office, Jakarta. Welcome a board Bro! Jika sebelumnya Terios berisi 10 orang kali ini menjadi 11 orang
masuk kota Sabang sekitar pukul 18.30 WIB.

Kota Takengon adalah persinggahan terakhir tim 7Wonders dalam mengeksplorasi 7 tempat penghasil kopi di Pulau Sumatera. Sepanjang perjalanan ini sudah ada 6 tempat yang kami kunjungi yaitu Liwa (Lampung), Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, Curup –Kepahiang, Mandailing Natal dan sekarang giliran Takengon.

Kopi Gayo sendiri merupakan kopi jenis Arabica dengan citarasa yang khas. Hebatnya lagi kopi yang diproduksi Bambang sudah merambah ke Eropa Timur dan juga Amerika. Selain kopi Gayo Blendeed ada juga kopi dari Luwak liar yang sekarang mulai ramai digemari banyak orang.

Bambang (komunitas jip), salah satu penggemar 4x4 dari Takengon yang ternyata juga pengusaha kopi Gayo, mengajak mampir ke gudang dan laboratorium kopi miliknya

Cara menikmati kopi luwak ternyata butuh trik khusus agar lebih nikmat. Air yang digunakan harus benar-benar mendidih. Dibutuhkan alat yang bernama ekspresso (berguna untuk menyaring kopi sekaligus menurunkan kadar keasamannya) sehingga kopi tak terasa tajam di perut ketika diminum.

Rangkaian perjalanan panjang tim Terios 7-Wonders sepanjang 3.657 km selama 15 hari berakhir di tugu “Nol” Kilometer tepat pukul 12.48 WIB. pelabuhan di aceh, pelabuhan ferry Ulee Lheue.

Sampai di pelabuhan ferry Balohan – Sabang. penanaman plakat di sekitar tugu nol Plakat ini akan ditanam di lokasi yang memang sudah disediakan di sekitar lokasi tugu Nol Kilometer.

 pukul 16.35 WIB seluruh anggota tim Terios 7-Wonders terbang kembali ke Jakarta.|



Terimakasih telah membaca artikel Jelajah Pulau Sumatera Dengan Daihatsu Terios #MobilSahabatPetualang ini, Sobat boleh menyebarkan-nya jika artikel Jelajah Pulau Sumatera Dengan Daihatsu Terios #MobilSahabatPetualang ini bermanfaat, namun jangan lupa meletakkan link sumber artikel Jelajah Pulau Sumatera Dengan Daihatsu Terios #MobilSahabatPetualang. Terima kasih telah berkunjung

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2011 the colours of life is proudly powered by blogger.com | Design by BLog Bamz Published by Template Blogger