Monday 19 September 2011

Penjelasan Ilmiah Tentang Misteri Pembangunan Borobudur


Candi  Borobudur adalah candi terbesar peninggalan Abad ke-9. Candi ini   terlihat begitu impresif dan kokoh sehingga terkenal seantero dunia.   Peninggalan sejarah yang bernilai tinggi ini sempat menjadi salah satu   dari tujuh keajaiban dunia.

Namun   tahukah Anda bahwa seperti halnya pada bangunan purbakala yang lain,   Candi Borobudur tak luput dari misteri mengenai cara pembuatannya?   Misteri ini banyak melahirkan pendapat yang spekulatif hingga   kontroversi. Dengan beberapa catatan dan referensi yang terbatas, mari   kita coba menganalisis dan sedikit menguak tabir misteri pembuatan candi   ini yang ternyata tidak perlu di-misteri-kan!

Desain Candi

Candi   Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam   pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar   melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar   di semua pelatarannya beberapa stupa.

Candi  Borobudur didirikan  di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit  kecil yang memanjang  dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara  dengan ukuran panjang ±  123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 34.5 m diukur  dari permukaan tanah  datar di sekitarnya dengan puncak bukit yang  rata.



Candi   Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian yang   dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi   dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak   1460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.

Material Penyusun Candi

Inti   tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi   Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk   bukit. Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan   pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.

Tanah   urug ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk   morfologi bangunan candi. Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi   Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi. Ketebalan tanah   urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu   antara 0,5-8,5 m.



Batuan   penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang  tinggi,  kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu  dengan yang  lain tidak berhubungan. Kuat tekannya tergolong rendah jika  dibandingkan  dengan kuat tekan batuan sejenis.

Dari  hasil penelitian  Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar  111 kg/cm2 dan  kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume  batuan antara 1,6-2  t/m3.

Misteri Cara Membangun Candi

Data   mengenai candi ini baik dari sisi design, sejarah, dan falsafah  bangunan  begitu banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan  purbakala  menulis mengenai keistimewaan candi ini.

Hasil  penelusuran data  baik di buku maupun internet, tidak ada satupun yang  sedikit  mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi.  Satu-satunya  informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin  yang aneh dan  misterius.

Dia  mengatakan “Saya telah menemukan rahasia-rahasia  piramida dan  bagaimana cara orang Mesir purba, Peru, Yucatan dan Asia  (Candi  Borobudur) mengangkat batu yang beratnya berton-ton hanya dengan   peralatan yang primitif.”

Edward  adalah orang yang membangun  Coral Castle yang terkenal. Beberapa orang  lalu memperkirakan bagaimana  cara kerja dia untuk mengungkap misteri  tentang pengetahuan dia  bagaimana bangunan purba dibangun.

Berikut pendapat beberapa orang dan ahli mengenai cara Edward membangun Coral Castle



Ada   yang mengatakan bahwa ia mungkin telah berhasil menemukan rahasia para   arsitek masa purba yang membangun monumen seperti piramida dan   Stonehenge.

Ada yang mengatakan mungkin Edward menggunakan semacam peralatan anti gravitasi untuk membangun Coral Castle.

David   Hatcher Childress, penulis buku Anty Gravity and The World Grid,   memiliki teori yang menarik. Menurutnya wilayah Florida Selatan yang   menjadi lokasi Coral Castle memiliki diamagnetik kuat yang bisa membuat   sebuah objek melayang. Apalagi wilayah Florida selatan masih dianggap   sebagai bagian dari segitiga bermuda.

David  percaya bahwa Edward  Leedskalnin menggunakan prinsip diamagnetik  jaring bumi yang  memampukannya mengangkat batu besar dengan menggunakan  pusat massa.  David juga merujuk pada buku catatan Edward yang  ditemukan yang memang  menunjukkan adanya skema-skema magnetik dan  eksperimen listrik di  dalamnya. Walaupun pernyataan David berbau sains,  namun prinsip-prinsip  esoterik masih terlihat jelas di dalamnya.

Penulis  lain bernama  Ray Stoner juga mendukung teori ini. Ia bahkan percaya  kalau Edward  memindahkan Coral Castle ke Homestead karena ia menyadari  adanya  kesalahan perhitungan matematika dalam penentuan lokasi Coral  Castle.  Jadi ia memindahkannya ke wilayah yang memiliki keuntungan  dalam segi  kekuatan magnetik.

Akhirnya  didapat foto yang berhasil diambil  pada waktu Edward mengerjakan Coral  Castle menunjukkan bahwa ia  menggunakan cara yang sama yang digunakan  oleh para pekerja modern,  yaitu menggunakan prinsip yang disebut block  and tackle.



Beda   Coral Castle beda pula Candi Borobudur. Coral Castle masih  menungkinkan  menggunakan Block dan Tackle. Untuk Candi Borobudur  rasanya block dan  tackle pun masih belum ada.

Lalu  bagaimana sebenarnya cara  membuat Candi ini? Misteri yang belum  terungkap berdasarkan informasi di  atas. Mari berfikir ulang terlepas  dari misteri dengan mencoba  menganalisis data-data yang ada.

Aspek yang perlu diperhatikan sebelum memperkirakan bagaimana candi ini dibangun

1. Bentuk bangunan

Candi ini berbentuk tapak persegi ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 42 m. Luas 15.129 m2.

2. Volume material utama

Material   utama candi ini adalah batuan andesit berporositas tinggi dengan berat   jenis 1,6-2,0 t/m3. Diperkirakan terdapat 55.000 m3 batu pembentuk  candi  atau sekitar 2 juta batuan dengan ukuran batuan berkisar 25 x 10 x  15  cm. Berat per potongan batu sekitar 7,5 – 10 kg.

3. Konstruksi bangunan

Candi   borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan   tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang   masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya   diratakan untuk meletakkan batuan candi.

4. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat

Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk.

5. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar candi borobudur.

6. Candi borobudur merupakan bangunan yang kompleks

Terdiri   dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya   bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel.   Terdapat 505 arca yang melengkapi candi.

7. Teknologi yang tersedia

Pada   saat itu belum ada teknologi angkat dan pemindahan material berat yang   memadai. Diperkirakan menggunakan metode mekanik sederhana.

8. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan

Tidak   ada informasi yang akurat. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa   candi borobudur dibangun mulai 824 M - 847 M. Ada referensi lain yang   menyebut bahwa candi dibangun dari 750 M hingga 842 M atau 92 tahun.

9. Pembangunan candi dilakukan bertahap

Pada   awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai   piramida berundak. Tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun   yang dibongkar.

Tahap  kedua, pondasi borobudur diperlebar,  ditambah dengan dua undak persegi  dan satu undak lingkaran yang langsung  diberikan stupa induk besar.

Tahap  ketiga, undak atas lingkaran  dengan stupa induk besar dibongkar dan  dihilangkan dan diganti tiga  undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada  puncak undak-undak ini dengan  satu stupa besar di tengahnya.

Tahap keempat, ada perubahan kecil, yakni pembuatan relief perubahan pada tangga dan pembuatan lengkung di atas pintu.

Suatu   hal yang unik, bahwa candi ini ternyata memiliki arsitektur dengan   format menarik atau terstruktur secara matematika. Setiap bagain kaki,   badan dan kepala candi selalu memiliki perbandingan 4:6:9.

Penempatan-penempatan   stupanya juga memiliki makna tersendiri, ditambah lagi adanya bagian   relief yang diperkirakan berkatian dengan astronomi menjadikan borobudur   memang merupakan bukti sejarah yang menarik untuk diamati.

Jumlah   stupa di tingkat arupadhatu (stupa puncak tidak di hitung) adalah: 32,   24, 26 yang memiliki perbandingan yang teratur, yaitu 4:3:2, dan   semuanya habis dibagi 8.

Ukuran  tinggi stupa di tiga tingkat  tersebut adalah 1,9m; 1,8m; masing-masing  bebeda 10 cm. Begitu juga  diameter dari stupa-stupa tersebut,  mempunyai ukuran tepat sama pula  dengan tingginya 1,9m; 1,8m; 1,7m.

Beberapa  bilangan di  Borobudur, bila dijumlahkan angka-angkanya akan berakhir  menjadi angka 1  kembali. Diduga bahwa itu memang dibuat demikian yang  dapat ditafsirkan  : Angka 1 melambangkan ke-esaan sang adhi buddha.

Jumlah   tingkatan borobudur adalah 10, angka-angka dalam 10 bila dijumlahkan   hasilnya : 1 + 0 = 1. Jumlah stupa di arupadhatu yang didalamnya ada   patung-patungnya ada : 32 + 24 + 16 + 1 = 73, angka 73 bila dijumlahkan   hasilnya: 10 dan seperti diatas 1 + 0 = 10.

Jumlah  patung-patung  di borobudur seluruhnya ada 505 buah. Bila angka-angka  didalamnya  dijumlahkan, hasilnya 5 + 0 + 5 = 10 dan juga seperti diatas  1 + 0 = 1.

Melihat   data-data di atas, tentunya masih bersifat perkiraan, lalu mari kita   coba memberikan beberapa analisa yang mudah-mudahan dapat dikomentari   sebagai usaha kita menguak misteri yang ada sebagai berikut :

1.   Dari data yang ada disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar  25 x  10 x 15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 – 2 ton/m3, ini  berarti  berat per potongan batu hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk  berat jenis  2 t/m3).

Potongan  batu ternyata sangat ringan. Untuk batuan  seberat itu, rasanya tidak  perlu teknologi apapun. Masalah yang mungkin  muncul adalah medan miring  yang harus ditempuh.

Medan  miring  secara fisika membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat.  Hal ini  karena penguraian gaya menyebabkan ada beban horizontal sejajar   kemiringan yang harus dipikul.

Namun  dengan melihat kenyataan  bahwa berat per potongan batu adalah hanya  7.5 kg, rasanya masalah medan  miring yang beundak-undak tidak perlu  dipermasalahkan. Kesimpulannya  adalah proses pengangkutan potongan batu  dapat dilakukan dengan mudah  dan tidak perlu teknologi apapun.

2.  Sumber material batu  diambil dari sungai sekitar candi. Hal ini  berarti jarak antara quarry  dan site sangat dekat. Walaupun jumlahnya  mencapai 2.000.000 potongan,  namun ringannya material tiap potong batu  dan dekatnya jarak angkut, hal  ini berarti proses pengangkutan pun  dapat dilakukan dengan mudah tanpa  perlu teknologi tertentu.

3.  Candi dibangun dalam jangka  waktu yang cukup lama. Ada yang mengatakan  23 tahun ada juga yang  mengatakan 92 tahun. Jika berasumsi paling  cepat 23 tahun. Mari kita  berhitung soal produktifitas pemasangan batu.

Jika  persiapan  lahan dan material awal adalah 2 tahun, maka masa pemasangan  batu adalah  21 tahun atau 7665 hari. Terdapat 2 juta potong batu.  Produktifitas  pemasangan batu adalah 2.000.000 / 7.665 = 261 batu/hari.

Produktifitas   ini rasanya sangat kecil. Tidak perlu cara apapun untuk menghasilkan   produktifitas yang kecil tersebut. Apalagi menggunakan data durasi   pelaksanaan yang lebih lama.

4.  Lamanya proses pembuatan  candi dapat disebabkan ada  perubahan-perubahan design yang dilakukan  selama pelaksanaannya. Hal  ini mungkin dikeranakan adanya pergantian  penguasa (raja) selama proses  pembangunan candi.

5.  Borobudur  dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai  dengan bentuk  persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding  dan arca dalam  jumlah yang banyak. Candi ini begitu memperhatikan  falsafah yang  terkandung dalam ukuran-ukurannya. Hal ini membuktikan  bahwa candi  dibangun dengan konsep design yang cukup baik.



6.   Candi borobudur adalah candi terbesar. Candi borobudur juga terlihat   kompleks dilihat dari design arsitekturalnya terdiri dari 10 tingkat   dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi   dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 504 arca yang   melengkapi candi.

Ini  jelas bukan pekerjaan design dan  pelaksanaan yang gampang.  Kesimpulannya candi borobudur yang bernilai  dari sisi design baik  teknik sipil maupun seni arsitektur membutuhkan  perencanaan dan  pengelolaan yang matang dari aspek design maupun cara  pelaksanaannya.  Bisa disimpulkan bahwa candi ini dibangun dengan  manajemen proyek yang  sudah cukup baik.


Dari   kesimpulan-kesimpulan di atas bisa kita tarik suatu kesimpulan umum   bahwa candi borobudur berbeda dengan bangunan pubakala lainnya yang   dipenuhi misteri dan mistis. Candi ini lebih dapat dijelaskan dengan   konsep fisika sederhana. Cara membangun candi ini bukanlah suatu hal   yang dianggap misteri apalagi mistis.

Candi  ini lebih bernilai  dan terkenal bukan pada misteri-misteri yang  berserakan, tapi candi ini  memiliki nilai design aristektur dan teknik  sipil serta kemampuan  manajemen proyek yang tinggi yang menunjukkan  kemajuan pemikiran para  pendahulu bangsa kita. Kita patut bangga!!!


 sumber : Science and Technology Studies


Terimakasih telah membaca artikel Penjelasan Ilmiah Tentang Misteri Pembangunan Borobudur ini, Sobat boleh menyebarkan-nya jika artikel Penjelasan Ilmiah Tentang Misteri Pembangunan Borobudur ini bermanfaat, namun jangan lupa meletakkan link sumber artikel Penjelasan Ilmiah Tentang Misteri Pembangunan Borobudur. Terima kasih telah berkunjung

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2011 the colours of life is proudly powered by blogger.com | Design by BLog Bamz Published by Template Blogger